Kamis, 10 Desember 2009

RAWAT GABUNG ( ROOMING – IN )

A. DEFINISI

Rawat gabung ( rooming – in ) ialah suatu sistem perawatan di mana bayi serta ibu dirawat dala satu unit.

Dalam pelaksanaanya, bayi harus selalu berada di samping ibu sejak segera setelah dilahirkan sampai pulang. Ini bukan suatu hal yang baru. Di lingkungan rumah sakit dan rumah bersalin, sistem perawatan dalam satu ruangan ( rawat gabung ) difungsikan kembali.

Istilah rawat gabung parsial yang dulu banyak dianut, yaitu rawat gabung hanya dalam beberapa jam seharinya, misalnya hanya siang hari saja sementara pada malam hari bayi dirawat di kamar bayi, sekarang tidak dibenarkan dan tidak dipakai lagi. Rawat gabung merupakan lanjutan dari early ambulation dimana memungkinan ibu memelihara anaknya.

Untuk persalinan di rumah sakit terdapat modifikasi dalam praktik bahwa pada saat kunjungan bayi ditempatkan dalam suatu station bayi agar tidak ada kontaminasi dengan pengunjung. Station bayi dibuat dengan dinding kaca agar pengunjung dapat melihat bayi.

B. TUJUAN

Ada beberapa tujuan dari rawat gabung antara lain sebagai berikut :

1. Bantuan emosional

Setelah menunggu selama 9 bulan dan setelah lelah dalam proses persalinan si ibu akan sangat senang bahagia bila dekat dengan bayi. Si ibu dapat membelai-belai si bayi, mendengar tangis bayi, mencium-cium dan memperhatikan bayinya yang tidur disampingnya. Hubungan kedua makhluk ini, sangat penting untuk saling mengenal terutama pada hari-hari pertama setelah persalinan. Bayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu, suara ibu, kelembutan dan kasih sayang ibu (bonding effect).

2. Penggunaan Air Susu IBu (ASI)

ASI adalah makanan bayi yang terbaik. Produksi ASI akan lebih cepat dan lebih banyak bila dirangsang sedini mungkin dengan cara menetekkan sejak bayi lahir hingga selama mungkin. Pada hari – hari pertama, yang keluar adalah kolostrum yang jumlahnya sedikit. Tidak perlu khawatir bahwa bayi akan kurang minum, karena bayi harus kehilangan cairan pada hari – hari pertama dan absorpsi usus juga sangat terbatas.

3. Pencegahan infeksi

Pada tempat perawatan bayi di mana banyak bayi disatukan, infeksi silang sulit dihindari. Dengan rawat gabung, lebih mudah mencegah infeksi silang. Bayi yang melekat pada kulit si ibu akan memperoleh transfer antibodi dari si ibu. Kolostrum yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi, akan melapisi seluruh permukaan kulit dan saluran pencernaan bayi, dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai kekebalan yang tinggi. Kekebalan ini akan mencegah infeksi, terutama pada diare.

4. Pendidikan kesehatan

Kesempatan melaksanakan rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu, terutama primipara. Bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi,merawat tali pusat, perawatan payudara dan nasihat makanan yang baik, merupakan bahan – bahan yang diperlukan si ibu. Keinginan ibu untuk bangun dari tempat tidur, menggendong bayi dan merawat sendiri akan mempercepat mobilisasi, sehingga si ibu akan lebih cepat pulih dari persalinan.

C. MANFAAT RAWAT GABUNG

manfaat dan keuntungan rawat gabung ditinjau dari berbagai aspek dan sesuai tujuanya adalah sebagai berikut :

1. Aspek Psikologis

Dengan rawat gabung, antara ibu dan bayi akan terjalin proses lekat ( bonding ). Rasa aman, kasih sayang, dan percaya pada orang lain (basic trust ) merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri pada bayi. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya.

2. Aspek Fisiologis

Dengan rawat gabung, bayi dapat disusui dengan frekuensi yang lebih sering dan menimbulkan reflek prolaktin yang memacu prose produksi ASI dan reflek oksitosin yang membantu pengeluaran ASI mempercepatinvolusi rahim. Pemberian ASI ekslusif dapat juga dipergunakan sebagai metode Keluarga Berencana, asal memenuhi syarat yaitu usia bayi belum berusia 6 bulan, ibu belum haid lagi, dan bayi masih diberikan ASI secara eksklusif.

3. Aspek Fisik

Dengan rawat gabung, ibu dengan mudah menyusui kapan saja bayi menginginkannya. Dengan demikian, ASI cepat keluar karena dapat rangsangan dari isapan bayi.

4. Aspek Ekonomi

Dengan rawat gabung, pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin sehingga anggaran penggeluaran untuk membeli susu formula dan peralatan untuk membuatnya dapat dihemat. Ruang bayi tidak perlu ada dan ruang dapat digunakan untuk hal yang lain. Lama rawat juga bisa dikurangi sehingga pergantian pasien bisa lebih cepat.

5. Aspek Edukatif

Dengan rawat gabung ibu, terutama yang primipara, akan mempunyai pengalaman menyusui dan merawat bayinya. Ibu juga segera dapat mengenali perubahan fisik atau perilaku bayi dan menanyakan pada petugas hal-hal yang di anggap tidak wajar. Sarana ini dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan bagi keluarga.

6. Aspek Medis

Dengan rawat gabung, ibu merawat bayinya sendiri. Bayi juga tidak terpapar dengan banyak petugas sehingga infeksi nosokomial dapat dicegah. Di samping itu, kolostrum yang banyak mengandung berbagai zat protektif akan cepat keluar dan memberikan daya tahan bagi bayi

D. PELAKSANAAN

Sebagai pedoman penatalaksanaan rawat gabung telah disusun tata kerja sebagai berikut :

1. Di Poliklinik Kebidanan

a. Memberikan penyuluhan mengenai kebaikan ASI dan rawat gabung.

b. Memberikan penyuluhan mengenai perawatan payudara, makanan ibu hamil, nifas, perawatan bayi, dan lain – lain.

c. Mendemonstrasikan pemutaran film, slide mengenai cara – cara merawat payudara, memandikan bayi, merawat tali pusat, Keluarga Berencana, dan sebagainya.

d. Mengadakan ceramah, tanya jawab dan motivasi Keluarga Berencana.

e. Menyelenggarakan senam hamil dan nifas.

f. Membantu ibu – ibu yang mempunyai masalah – masalah dalam hal kesehatan ibu dan anak sesuai dengan kemampuan.

g. Membuat laporan bulanan mengenai jumlah pengunjung, aktivitas, hambatan dan lain – lain.

2. Di Kamar Bersalin

a. Bayi yang memenuhi syarat perawatan bergabug dilakukan perawatan bayi baru lahir seperti biasa.

b. Kriteria yang diambil sebagai syarat untuk dirawat bersama ibunya adalah:

1. Nilai APGAR lebih dari 7.

2. Berat badan lebih dari 2500 gr, kurang dari 4000 gr.

3. Kehamilan lebih dari 36 minggu, kurang dari 42 minggu.

4. Lahir spontan, presentasi kepala.

5. Tanpa infeksi intrapartum .

6. Ibu sehat.

c. Dalam jam pertama setelah lahir, bayi segera disusukan kepada ibunya untuk meragsang pengeluaran ASI.

d. Memberikan penyuluhan mengenai ASI dan perawatan bergabung terutama bagi yang belum mendapat penyuluhan di poliklinik.

e. Mengisi status P3-ASI secara lengkap dan benar.

f. Catat pada lembaran pengawasan, jam berapa bayi baru lahir dan jam berapa bayi disusukan kepada ibunya.

g. Persiapan agar bayi dan ibunya dapat bersama – sama ke ruangan.

3. Di Ruangan Perawatan.

a. Bayi diletakkan di dalam tempat tidur bayi yang ditempatkan di samping tempat tidur ibu.

b. Waktu berkunjung bayi dan tempat tidurnya dipindahkan ke ruangan lain.

c. Perawat harus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat dikenali keadaan – keadaan yang tidak normal serta kemudian melaporkan kepada dokter jaga.

d. Bayi boleh menyusu sewaktu bayi menginginkan.

e. Bayi tidak boleh diberi susu dari botol.

f. Bila ASI masih kurang, boleh ditambahkan air putih atau susu foemula dengan sendok.

g. Ibu harus dibantu untuk dapat menyusui bayinya dengan baik, juga untuk merawat payudaranya.

h. Keadaan bayi sehari – hari dicatat dalam status P3 – ASI.

i. Bila bayi sakit atau perlu diobservasi lebih teliti, bayi dipindahkan ke ruang perawatan bayi baru lahir.

j. Bila ibu dan bayi boleh pulang, sekali lagi diberi penerangan tentang cara – cara merawat bayi dan pemberian ASI serta perawatan payudara dan makanan ibu menyusui.

k. Kepada ibu diberikan leaflet mengenai hal tersebut dan dipesan untuk memeriksakan bayinya 2 minggu kemudian.

l. Status P3 – ASI setelah dilengkapi, dikembalikan ke ruangan follow – up.

4. Di Ruang FOLLOW - UP

a. Pemeriksaan di ruang follow – up meliputi pemeriksaan bayi dan keadaan ASI.

b. Aktivitas di ruang follow – up meliputi :

1. Menimbang berat bayi.

2. Anamnesis makanan bayi dan keluhan yang timbul.

3. Mengecek keadaan ASI.

4. Memberi nasihat mengeni makanan bayi, cara menyusukan bayi dan makanan ibu yang menyusukan.

5. Memberikan peraturan makanan bayi.

6. Pemeriksaan bayi oleh dokter anak.

7. Pemberian imunisasi menurut instruksi dokter.

E. SYARAT

Pada prinsipnya syarat rawat gabung adalah dimana ibu mampu menyusui dan bayi mampu untuk menyusu. Kemampuan ibu untuk menyusui dimulai dengan keinginan atau kesediaan yang berupa motivasi ibu sendiri untuk menyusui. Di sinilah pentingnya motivasi diberikan sejak awal kehamilan. Keadaan ibu yang sehat selalu memungkinkan ibu untuk menyusui.

Dari pihak si bayi kemampuan menyusui dinilai dari fungsi kardiorespiratorik, reflek menghisap dan fungsi neurologik yang baik. Penolong persalinan harus cukup terlatih untuk menilai apakah ibu dan bayi mampu menyusui segera setalah proses persalinan. Apabila ibu dan bayi baik, secepat bayi diberikan kepada ibu dan mulai menyusui. Apabila diperlukan observasi hal ini tentu dapat dilakukan dan setelah ibu dan bayi sudah mejadi lebih baik keadaan umumnya harus segera digabung dan mulai menyusui.

F. KONTRA INDIKASI

1. Pihak Ibu

a. Fungsi kardiorspiratorik yang tidak baik.

Pasien penyakit jantung kelas II dianjurkan untuk sementara tidak menyusui sampai keadaan jantung cukup baik. Bagi pasien jantung klasifikasi III tidak dibenarkan menyusui. Penilaian akan hal ini harus dilakukan dengan hati-hati.

b. Eklamsi dan Preeklamsi berat.

Keadaan ibu biasanya tidak baik dan pengaruh obat-obatan untuk mengatasi penyakit biasanya menyebabkan kesadaran menurun sehingga sementara ibu belum sadar betul. Tidak diperbolehkan ASI dipompa dan diberikan pada bayi.

c. Penyakit infeksi akut dan aktif.

Bahaya penularan pada bayi yang dikhawatirkan. Tuberkolosis paru yang aktif dan terbuka merupakan kontra indikasi mutlak . Pada sepsis keadaan ibu biasanya buruk dan tidak akan mampu menyusui. Banyak perdebatan mengenai penyakit infeksi apakah dibenarkan menyusui atau tidak

d. Karsinoma payudara.

Pasien dengan karsinoma payudara harus dicegah jangan sampai ASInya keluar karena mempersulit penilaian penyakitnya. Apabila menyusui ditakutkan adanya sel-sel karsinoma yang terminum si bayi.

e. Psikosis.

Tidak dapat dikontrol keadaan jiwa si ibu bila mendeerita psikosis. Meskipun pada dasarnya ibu sayang pada bayinya, tetapi selalu ada kemungkinan penderita psikosis membuat cedera pada bayi.

2. Pihak Bayi

a. Bayi kejang.

Kejang-kejang pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi tidak memungkinkan untuk menyusui. Ada bahaya aspirasi, bila kejang timbul saat bayi menyusui. Keadaan bayi yang menurun juga tidak memungkinkan bayi untuk menyusui.

b. Bayi yang sakit berat bayi dengan penyakit jantung atau paru-paru atau peyakit lain yang memerlukan perawatan intensif tentu tidak meyusu dan dirawat gabung.

c. Bayi yang memerlukan observasi atau terapi khusus.

Selama observasi rawat gabung tidak dapat dilaksanakan. Setelah keadaan membaik tentu dapat dirawat gabung. Ini yang disebut rawat gabung tidak langsung.

d. Very Low Brith Weight (Berat Badan Lahir Sangat Rendah).

Refleks menghisap dan refleks lain pada BBLSR belum baik sehingga tidak mungkin menyusu dan di rawat gabung.

e. Cacat bawaan.

Diperlukan persiapan mental ibu untuk menerima keadaan bayinya yang cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa si bayi merupakan kontra indikasi mutlak. Cacat ringan seperti labiaskizis, palatoskizis bahkan labiognatopalatoskizis masih memungkinkan utuk meyusui.

f. Kelainan metabolik di mana bayi tidak dapat menerima ASI.

G. KESULITAN

1. Kasus tidak terdaftar belum memperoleh penyuluhan sehingga masih takut menerima rawat gabung.

2. Kekurangan tenaga pelaksana untuk penyuluhan dan pendidikan kesehatan untuk mencapai tujuan yang maksimal.

3. Secara terpaksa masih digunakan susu formula untuk keadaan-keadaan dimana ASI sangat sedikit, yaitu ibu yang mengalami tindakan operatif dan belum pulih kesadarannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar