Kamis, 10 Desember 2009

LIMA BENANG MERAH DALAM ASUHAN PERSALINAN DAN KELAHIRAN BAYI

Pada setiap persalinan baik fisiologis maupu patologis terdapat lima aspek dasar yang disebut dengan Lima Benang Merah yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman yang selalu berlaku dalam penatalaksanan persalinan mulai dari kala I hingga kala IV, termasuk penatalaksanaan bayi baru lahir.

Lima Benang Merah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. MEMBUAT KEPUTUSAN KLINIK

Membuat keputusan merupakan proses menentukan penyelesaian masalah dan asuhan yang diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harus :

a. Akurat

b. Komprehensif bagi pasien, keluarga pasien dan petugas kesehatan

c. Aman

Menurut Varney ( 1997 ), membuat keputusan klinik tersebut dihasilkan melalui serangkaian proses dan metode yang sistematik menggunakan informasi dan hasil dari olah kognitif dan intuitif serta dipadukan dengan kajian teoritis dan intervensi berdasarkan bukti ( evidence – based ), keterampilan dan pengalaman yang dikembangkan melalui berbagai tahapan yang logis dan diperlukan dalam upaya untuk menyelesaikan masalah dan terfokus pada pasien.

Agar tercipta asuhan atau pertolongan yang maksimal dan memenuhi standar kualitas pelayanan dan harapan pasien, maka dibutuhkan:

a. Pengetahuan

b. Keterampilan

c. Perilaku terpuji

Dalam membuat keputusan klinik, terdapat 7 langkah yang berurutan, yaitu :

a. Pengumpulan data

b. Interpretasi data untuk mendukung diagnosis dan identifikasi masalah

c. Menetapkan diagnosis kerja atau merumuskan masalah

d. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk menghadapi masalah

e. Menyusun rencana asuhan ( intervensi )

f. Melaksanakan asuhan ( implementasi )

g. Memantau atau mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi solusi

Ketujuh langkah tersebut dikenal dengan sebutan 7 langkah Varney.

2. ASUHAN SAYANG IBU DAN BAYI

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan ibu.

Cara yang paling mudah membayangkan mengenai asuhan sayang ibu adalah menanyakan pada diri kita sendiri. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama prosesmpersalinan dan kelahiran bayi.

Menurut Enkin, et al ( 2000 ), perhatian dan dukungan pada ibu selama persalinan dan kelahiran bayi akan memberikan dampak rasa aman, keluaran yang lebih baik, megurangi persalinan dengan vakum, cunam dan seksio caesaria ( SC ) dan persalinan berlansung lebih cepat.

Asuhan sayang ibu dan bayi perlu diterapkan terutama saat proses persalinan dan pascapersalinan.

a. Asuhan sayang ibu dan bayi dalam proses persalinan, antara lain :

1) Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya

2) Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan tersebut

3) Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarga

4) Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir

5) Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu

6) Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tenteramkan perasaan ibu beserta anggota keluarganya

7) Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan atau anggota keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya

8) Ajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara – cara bagaimana mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya

9) Secara konsisten lakukan praktik – praktik pencegahan infeksi yang baik

10) Hargai privasi ibu

11) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi

12) Anjurkan ibu untuk minum dan makan ringan sepanjang ia menginginkannya

13) Hargai dan perbolehkan praktik – praktik tradisional yang tidak merugikan kesehatan ibu

14) Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomi, pencukuran dan klisma

15) Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin

16) Membantu memulai pemberian ASI dalalm satu jam pertama setelah kelahiran bayi

17) Siapkan rencana rujukan ( bila perlu )

18) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan bahan – bahan, perlengkapan dan obat – obatan yang diperlukan. Siap untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

b. Asuhan sayang ibu dan bayi dalam pascapersalinan, antara lain :

1) Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya ( rawat gabung )

2) Bantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan anjurkan pemberian ASI sesuai dengan permintaan

3) Ajarkan ibu dan keluarga tentang nutrisi dan istirahat yang cukup setelah melahirkan

4) Anjurkan suami dan anggota keluarga untuk memeluk bayi dan mensyukuri kelahiran bayi

5) Ajarkan ibu dan anggota keluarga tentang gejala dan tanda bahaya yang mungkin terjadi dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika timbul masalah atau rasa khawatir

3. PENCEGAHAN INFEKSI

Pencegahan infeksi ( PI ) harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya.

Pencegahan infeksi ( PI ) adalah bagian yang esensial dari semua asuhan yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran bayi, saat memberikan asuhan selama kunjungan antenatal atau pascapersalinan atau bayi baru lahir atau saat menetalaksana penyulit.

Tujuan tindakan PI dalam pelayanan asuhan kesehatan, antara lain :

a. Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan jamur

b. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti hepatitis dan HIV / AIDS

Beberapa istilah tindakan dalam pencegahan infeksi :

a. Asepsis ( teknik aseptik )

” Semua usaha mencegah masuknya mikroorganisme ke tubuh yang berpotensi untuk menimbulkan infeksi dengan cara mengurangi atau menghilangkan sejumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan, dan benda mati ( alat ). ”

b. Antisepsis

” Pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh dengan menggunakan larutan antiseptik misalnya yodium ( 1-3% ), alkohol ( 60-90% ), hibiclon, savlon, dan betadine. ”

c. Dekontaminasi

” Tindakan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai benda yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. ”

d. Mencuci dan membilas

” Tindakan – tindakan untuk menghilangkan semua cemaran darah, cairan tubuh atau benda asing misalnya debu, kotoran dari kulit atau instrumen atau peralatan. ”

e. Desinfeksi

” Tindakan untuk menghilangkan hampir semua atau sebagian besar mikroorganisme dari benda mati. ”

f. Desinfeksi Tingkat Tinggi ( DTT )

” Tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme ( kecuali beberapa bakteri endospora ) pada benda mati atau instrumen. ”

g. Sterilisasi

” Tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme termasuk endospora bakteri pada benda mati atau instrumen. ”

Pedoman pencegahan infeksi ( PI ) untuk memutus rantai penyebaran infeksi, antara lain :

a. Cuci tangan dengan benar yaitu dengan 7 langkah setiap sebelum dan sesudah melakukan tindakan

b. Memakai sarung tangan

Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah ( kulit tak utuh, selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya), peralatan, sarung tangan atau sampah yang terkontaminasi.

Ada 3 macam sarung tangan, yaitu :

1) Sarung tangan steril atau DTT

Untuk prosedur apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan jaringan di bawah kulit seperti persalinan, penjahitan vagina atau pengambilan darah.

2) Sarung tangan bersih

Untuk menangani darah atau cairan tubuh

3) Sarung tangan rumah tangga atau tebal

Untuk mencuci peralatan, menangani sampah, juga membersihkan darah dan cairan tubuh

Jangan gunakan sarung tangan yang sudah retak, tipis atau ada lubang dan robekan. Buang dan gunakan sarung tangan yang lain.

c. Memakai APD ( alat pelindung diri ) seperti kaca mata pelindung, masker wajah, penutup kepala, celemek, dan sepatu boots yang digunakan untuk menghalangi atau membatasi petugas dari percikan cairan tubuh, darah atau cidera selama melaksanakan prosedur klinik.

d. Menggunakan teknik antisepsis

Karena kulit dan selaput mukosa tidak dapat disterilkan maka penggunaan antiseptik akan sangat mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi luka terbuka dan menyebabkan infeksi.

e. Memproses alat bekas pakai

DEKONTAMINASI

Rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit

CUCI DAN BILAS

Gunakan detergen dan sikat

Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda – benda tajam

Metode yang dipilih Metode alternatif

STERILISASI DTT

Otoklaf Panas kering (dry heat) Rebus / kukus Kimiawi

106kPa 1700 C Panci tertutup Rendam

1210 C 60 menit 20 menit 20 menit

30 menit (terbungkus)

20 menit (tidak terbungkus)

DINGINKAN

Peralatan yang sudah diproses dapat disimpan dalam wadah tertutup yang di DTT

SIAP DIGUNAKAN

Jika jarang dibuka → bisa digunakan selama 1 minggu

Jika sering dibuka → hanya bisa digunakan selama 3 hari

f. Menangani peralatan tajam dengan aman

Pedoman penggunaan peralatan tajam yaitu :

1) Letakkan benda – benda tajam di atas baki steril atau DTT atau dengan menggunakan ” daerah aman ” yang sudah ditentukan ( daerah khusus untuk meletakkan dan mengambil peralatan tajam )

2) Hati – hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tidak sengaja

3) Gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit. Jangan pernah meraba jarum ujung atau memegang jarum jahit dengan tangan

4) Jangan menutup kembali, melengkungkan, mematahkan atau melepaskan jarum yang akan dibuang

5) Buang benda – benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan perekat jika sudah 2/3 penuh dan harus dibakar dalam insinerasi

6) Jika benda – benda tajam tidak bisa dibuang secara aman dengan cara insinerasi, bilas 3 kali dengan larutan klorin 0,5 % ( dekontaminasi ), tutup kembali menggunakan teknik satu tangan dan kemudian kuburkan.

Cara melakukan teknik satu tangan, yaitu :

a) Letakkan penutup jarum pada permukaan yang keras dan rata

b) Pegang tabung suntik dengan satu tangan dan gunakan ujung jarum untuk mengait penutup jarum. Jangan memegang penutup jarum dengan tangan lainnya

c) Jika jarum sudah tertutup seluruhnya, pegang bagian bawah jarum dan gunakan tangan yang lain untuk merapatkan penutupnya

g. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan termasuk pengelolaan sampah secara benar

4. PENCATATAN ( REKAM MEDIK ) ASUHAN PERSALINAN

Pencatatan (pendokumentasian) adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Partograf adalah bagian terpenting dari proses pencatatan selama persalinan

Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosis dan membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu atau bayinya.

Pencatatan rutin adalah penting karena :

a. Sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik dan mengevaluasi kesesuaian dan keefektifan asuhan atau perawatan, mengidentifikasi kesenjangan pada asuhan yang diberikan dan untuk membuat perubahan dan peningkatan pada rencana asuhan atau perawatan

b. Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam proses membuat keputusan klinik

c. Sebagai catatan permanen tentang asuhan, perawatan dan obat yang diberikan

d. Dapat dibagikan di antara para penolong persalinan sehingga lebih dari satu penolong persalinan akan memberikan perhatian dan asuhan pada ibu atau bayi baru lahir

e. Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan ke kunjungan berikutnya, dari satu penolong persalinan ke penolong persalinan lainnya, atau dari seorang penolong persalinan ke fasilitas kesehatan lainnya.

f. Dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus

g. Diperlukan untuk memberi masukan data statistik nasional dan daerah, termasuk catatan kematian dan kesakitan ibu atau bayi baru lahir

Aspek – aspek penting dalam pencatatan adalah :

a. Tanggal dan waktu asuhan diberikan

b. Identifikasi penolong persalinan

c. Paraf atau tanda tangan ( dari penolong persalinan ) pada semua catatan

d. Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat dengan jelas dan dapat dibaca

e. Suatu sistem untuk memelihara catatan pasien sehingga selalu siap tersedia

f. Kerahasiaan dokumen – dokumen medis

Ibu harus diberikan salinan catatan ( catatan klinik antenatal, dokumen – dokumen rujukan, dan lain – lain ) beserta panduan yang jelas mengenai :

a. Maksud dari dokumen – dokumen tersebut

b. Kapan harus dibawa

c. Kepada siapa harus diberikan

d. Bagaimana menyimpan dan mengamankannya, baik di rumah atau selama perjalanan ke tempat rujukan

Beberapa hal yang perlu diingat :

a. Catat semua data, hasil pemeriksaan, diagnosis, obat – obat, asuhan atau perawatan, dan lain – lain

b. Jika tidak dicatat, maka dapat dianggap bahwa asuhan tersebut tidak dilakukan

c. Pastikan setiap partograf bagi setiap pasien diisi dengan lengkap dan benar

5. RUJUKAN

Rujukan diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Syarat bagi keberhasilan upaya penyelamatan yaitu kesiapan untuk merujuk bayi dan atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi).

Setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu untuk melaksanakan kasus kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir seperti :

a. Pembedahan termasuk bedah sesar

b. Transfusi darah

c. Persalinan mengggunakan ekstraksi vakum atau cunam

d. Pemberian antibiotik intravena

e. Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bagi bayi baru lahir

Adapun yang wajib untuk diketahui oleh setiap penolong persalinan, antara lain :

a. Informasi tentang pelayanan yang tersedia di tempat rujukan

b. Ketersediaan pelayanan purna waktu

c. Biaya pelayanan

d. Waktu dan jarak tempuh ke tempat rujukan

Oleh karena sangat sulit untuk menduga kapan penyulit akan terjadi, maka pada saat ibu melakukan kunjungan antenatal anjurkan ibu untuk membahas dan membuat rencana rujukan bersama suami dan keluarganya. Dan tawarkan agar penolong mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan tentang perlunya rencana rujukan apabila diperlukan.

Ada beberapa persiapan – persiapan dan informasi yang harus dimasukkan dalam rencana rujukan, antara lain :

a. Siapa yang akan menemani ibu atau bayi baru lahir

b. Tempat – tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga ?

( jika ada lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan )

c. Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan mengendarainya.

( ingat bahwa transportasi harus tersedia segera, baik siang maupun malam kapan pun waktunya )

d. Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika transfusi darah diperlukan

e. Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat – obatan dan bahan – bahan

f. Siapa yang akan tinggal dan menemani anak – anak yang lain pada saat ibu tidak di rumah

Dari beberapa persiapan – persiapan dan informasi yang harus dimasukkan dalam rencana rujukan, untuk memudahkan bagi penolong untuk mengingat hal – hal penting tersebut maka terdapat singkatan BAKSOKUP ataupun BAKSOKUDA.

B : BIDAN : B

A : ALAT : A

K : KELUARGA : K

S : SURAT : S

O : OBAT : O

K : KENDARAAN : K

U : UANG : U

P : PAKAIAN ; DARAH : D

DOA : A

Kaji ulang rencana rujukan pada ibu dan keluarganya selama ibu melakukan kunjungan asuhan anttenatal atau awal persalinan ( jika mungkin ). Jika ibu belum membuat rencana rujukan selama kehamilannya, maka penting untuk mendiskusikan rencana tersebut dengan ibu dan keluarganya di awal persalinan.

Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan ibu dan bayi baru lahir.

SUMBER : Azwar, Azrul. 2008. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta: JHPIEGO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar