Minggu, 14 Februari 2010

KALA TIGA PERSALINAN

A. DEFINISI KALA TIGA PERSALINAN

Adalah “ kala uri atau waktu pelepasan plasenta dari insersinya sampai lahirnya plasenta dan selaput plasenta.”

Kala tiga persalinan dimulai saat proses kelahiran bayi selesai dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Kala tiga persalinan berlangsung rata – rata antara 5 – 10 menit. Kisaran normal kala tiga sampai 30 menit, akan tetapi apabila lebih dari 30 menit resiko perdarahan meningkat.

B. PEMBAGIAN TINGKAT KALA URI

Kala uri dapat dibagi dalam 2 tingkat :

1. Tingkat pelepasan plasenta

Sebab – sebab terlepasnya plasenta :

· Waktu bayi dilahirkan rahim sangat mengecil. Karena pengecilan rahim, tempat perlekatan plasenta juga ikut mengecil maka plasenta akan berlipat-lipat bahkan ada bagian – bagian yang terlepas dari dinding rahim atau tempat insersinya, karena tidak dapat mengikuti pengecilan dari dasarnya.

Jadi secara singkat, bagian yang paling penting dalam pelepasan plasenta adalah retraksi dan kontraksi otot – otot rahim.

· Di tempat – tempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara plasenta dan desidua basalis dan karena hematoma ini membesar, maka seolah – olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.

Tanda –tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa hal :

· Perubahan bentuk dan tinggi fundus

· Tali pusat memanjang

· Semburan darah mendadak dan singkat

Macam pelepasan plasenta yaitu :

· Secara Schultze

Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari plasenta dan di sini terdapat hematoma retro plasentair yang selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan hematoma di atasnya sekarang jatuh ke bawah atau menarik lepas selaput janin. Bagian plasenta yang nampak dalam vulva ialah permukaan futal, sedangkan hematoma sekarang terdapat dalam kantong yang terputar balik. Pelepasan secara schultze paling sering dijumpai.

· Secara Duncan

Pada pelepasan secara Duncan, pelepasan dimulai dari pinggir plasenta. Darah mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim, jadi perdarahan sudah ada sejak sebagian dari plasenta terlepas dan terus berlangsung sampai seluruh plasenta lepas. Plasenta lahir dengan pinggirnya terlebih dahulu. Pelepasan secara Duncan terutama terjadi plasenta letak rendah.

2. Tingkat pengeluaran plasenta

Setelah plasenta lepas, maka karena kontraksi dan retraksi otot rahim, plasenta terdorong ke dalam segmen bawah rahim atau ke dalam bagian atas dari vagina. Dari tempat ini plasenta didorong keluar oleh tenaga mengejan.

C. MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA

Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.

Keuntungan – keuntungan manajemen aktif kala tiga :

1. Persalinan kala tiga yang lebih singkat

2. Mengurangi jumlah kehilangan darah

3. Mengurangi kejadian retensio plasenta

Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama :

1. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit setelah kelahiran bayi

a. Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk diberi ASI

b. Letakkan kain bersih diatas perut ibu

c. Periksa uterus untuk memastikan tidaka ada bayi yang lain

d. Beritahu pada ibu bahwa ia akan disuntik

e. Segera suntikan oksitosin 10 unit IM pada 1/3 bagian atas paha luar.

2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)

a. Berdiri disamping ibu

b. Pindahkan klem tali pusat sekitar 5 – 20 cm dari vulva

c. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat diatas simpisis pubis.

d. Bila placenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar 2 atau 3 menit berselang) untuk mengulangi kembali PTT.

e. Saat mulai berkontraksi (uterus bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan tali pusat kearah bawah, lakukan tekanan dorso cranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan placenta telah lepas dan dapat dilahirkan.

f. Tetapi jika langkah kelima diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan placenta tidak turun setelah 30 -40 detik dimulainya penegangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkkan lepasnya placenta, jangan teruskan penegangan tali pusat:

· Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali pusat memanjang.

· Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali dan tekanan dorso cranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi hingga terasa placenta terlepas dari dinding uterus.

g. Setelah placenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran agar placenta terdorong keluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai (mengikuti poros jalan lahir).

h. Saat placenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan placenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan menopang placenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam wadah penampung.karena selaput ketubn mudah robek, maka pegang placenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar placenta dalam satu arah hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.

i. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan – lahan untuk melahirkan selaput ketuban.

j. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal dijalan lahir saat melahirkan placenta, dengan hati-hati periksa vagina dan servik secara seksama. Gunakan jari-jari tangan atau klem DDT atau forcep untuk mengeluarkan selaput ,ketuban yang teraba

3. Massase fundus uteri

a. Letakkan telapak tangan pada fundus uteri

b. Jelaskan tindakan kepada ibu, bahwa ibu mungkin merasa agak tidak nyaman karena tindakan yang diberikan, oleh karena itu anjurkan ibu untuk menarik nafas dalam dan perlahan secara rileks

c. Dengan lembut gerakkan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik lakukan penatalaksanaan atonia uteri.

d. Periksa placenta dan selaputnya untuk memastikan keduannya lengkap dan utuh.

· Periksa placenta sisi maternal untuk memastikan semua bagian lengkap dan utuh.

· Pasangkan bagian- bagian placenta yang robek atau terpisah untuk memastikan tidak ada bagian yang hilang.

· Periksa placenta sisi futal untuk memastikan tidak adanya kemungkinan lobus tambahan (suksenturiata)

· Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya.

e. Periksa kembali uterus setelah 1 – 2 menit untuk memastikan uterus berkontraksi. Jika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase.

f. Periksa kontraksi uterus tiap 15 menit dalam 1 jam PP dan tiap 30 menit dalam 2 jam PP.

1 komentar:

  1. Terimakasih .. .

    sepertinya masih amatiran, tapi bisa dimaklumi !

    salam Sulfikar Aferil Praditya
    Akper Makassar YAPMA

    BalasHapus